Kenali Rabies, Si Penyakit Mematikan yang Mengincar Lewat Gigitan!
Halo, teman-teman! Hari ini ACITYAPEDI kembali hadir dengan informasi penting seputar Rabies, salah satu penyakit zoonosis yang sangat mematikan dan masih menjadi ancaman serius di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Di ACITYAPEDI #4 ini, kita akan bahas lengkap mulai dari pengertian rabies, penyebab, gejala, hingga cara pencegahannya, baik sebelum maupun setelah paparan. Yuk, simak dan bagikan informasi ini agar kita semua semakin waspada, terutama terhadap hewan peliharaan dan satwa liar di sekitar kita. Edukasi dan langkah pencegahan sejak dini bisa menyelamatkan nyawa, lho! Jangan sampai terlewat yaaa! 🐶🧪
Rabies merupakan penyakit zoonosis yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas, termasuk manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Rabies lyssavirus dari famili Rhabdoviridae yang bersifat neurotropik, menyerang serta menyebar melalui sel saraf (Bintang et al., 2023). Penularan rabies umumnya terjadi melalui gigitan hewan yang terinfeksi, seperti anjing, kucing, kera, kelelawar, rubah, dan sapi, khususnya ketika air liur pembawa virus mengenai luka terbuka (Soler-Rangel et al., 2020).
Tipe Rabies
Rabies terbagi menjadi dua tipe utama:
Rabies Ensefalitis (Furious Rabies): terjadi pada sekitar 80% kasus dan ditandai dengan gejala hiperaktivitas, gelisah, halusinasi, kejang, dan hidrofobia (ketakutan terhadap air).
Rabies Paralitik (Dumb Rabies): menyumbang sekitar 20% kasus dan ditandai dengan kelemahan progresif yang dimulai dari tungkai bawah akibat gangguan pada saraf motorik bawah (Soler-Rangel et al., 2020).
Penyebaran dan Dampak Global
Rabies merupakan penyakit endemik di hampir seluruh benua, kecuali Antartika. Menurut WHO (2018), sekitar 95% kasus rabies terjadi di benua Asia dan Afrika. Setiap tahun, diperkirakan terdapat sekitar 50.000 kematian akibat rabies di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 60% berasal dari India, dan 40% di antaranya terjadi pada anak-anak di bawah usia 15 tahun. Anak-anak lebih rentan karena rasa ingin tahu yang tinggi serta postur tubuh yang lebih pendek, sehingga lebih mudah tergigit pada bagian tubuh yang vital seperti kepala dan leher (Liu & Cahill, 2020).
Tahapan Gejala Rabies
Gejala rabies berkembang secara bertahap sebagai berikut:
Masa Inkubasi: rata-rata 1–2 bulan, namun bisa lebih singkat jika luka gigitan dekat dengan kepala.
Gejala Awal (1–4 hari pertama): demam, lemas, nyeri kepala, mual, serta rasa gatal atau kesemutan di lokasi bekas gigitan.
Gejala Lanjutan
Rabies Ganas: Gelisah, halusinasi, kejang, hidrofobia, aerofobia (takut udara), mulut berbusa, dan air liur berlebih.
Rabies Tenang: Kelemahan otot yang progresif dari kaki ke atas tanpa disertai kejang atau hidrofobia.
Pencegahan Rabies
Pencegahan dapat dilakukan baik sebelum maupun setelah paparan:
Sebelum Paparan (Pre-Exposure Prophylaxis): pemberian vaksin Anti Rabies (Purified Vero Cell Vaccine / PCECV) secara intramuskular pada hari ke-0, 7, 21, dan 90 untuk membentuk kekebalan terhadap virus rabies.
Setelah Paparan (Post-Exposure Prophylaxis / PEP)
Perawatan Luka: segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 10–15 menit, lalu aplikasikan antiseptik. Luka sebaiknya tidak dijahit kecuali sangat diperlukan.
Pemberian Serum Anti Rabies (SAR): disuntikkan di sekitar luka dan secara intramuskular untuk menetralisir virus sebelum menyebar ke sistem saraf pusat.
Referensi
Ginuluh, G. D., Kamila, A. S., Humam, A. M. N., Arsy, L., Helmiana, P. F., Pratiwi, R. S., & Hunaifi, I. (2024). Pathophysiology of rabies encephalitis and treatment of rabies: A literature review. Jurnal Biologi Tropis, 24(1b), 76–83. https://doi.org/10.29303/jbt.v24ilb.7951
Windrayani, K. S., Wahyunadi, N. M. D., & Wicaksana, I. G. A. T. (2024). Hubungan pengetahuan masyarakat dengan sikap penanganan awal gigitan anjing penular rabies. Journal of Health Guidance and Counseling, 1(2), 55–60. http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JHGC
Yulianita, N. L. P., Adisanjaya, N. N., & Wasita, R. R. R. (2023). Pemetaan faktor risiko kasus gigitan hewan penular rabies pada manusia berbasis sistem informasi geografis di Kabupaten Buleleng pada tahun 2021. Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako), 9(1), 1–9.